Selamat Datang

Rabu, 04 Juli 2012

Pentingnya Belajar Dengan Baik


Pentingnya Belajar Dengan Baik
Ditulis oleh The Epoch TimesKamis,05 Juli 2012



Ada seorang guru swasta, dia menempuh perjalanan seorang diri di tengah malam, tiba-tiba menjumpai teman yang telah meninggal. Karena biasanya dia bernyali besar, maka diapun tidak takut.

Dengan kemauan sendiri dia bertanya kepada temannya yang sudah meninggal ini, "Anda sekarang ini hendak kemana ?" Teman-nya menjawab, "Saya sekarang menjadi petugas di alam baka, sekarang hendak pergi menangani urusan di selatan desa, kebetulan kita berdua searah."

Guru swasta ini lalu berjalan bersama temannya, ketika melewati sebuah rumah lama, petugas alam baka itu berkata, "Di dalam rumah ini tinggal seorang terpelajar yang berbudi luhur dan berwibawa tinggi!"

Guru swasta itu lalu bertanya, "Bagaimana Anda bisa mengetahui bahwa di dalam rumah ini tinggal seorang terpelajar yang berbudi luhur dan berwibawa tinggi?"

Petugas alam baka itu menjawab, "Orang yang masih hidup, pada pagi hari karena sibuk dengan urusannya, maka inteligensinya tertutupi. Sampai pada malam hari ketika dia tidur, dan tidak berpikiran apa pun, maka Yuanshennya (jiwa primanya) akan nampak keluar."

"Jika dia biasa membaca buku yang baik, seperti Lun Yu dari Kong Zi, Li Sao dari Qu Yuan, Shi Ji dari Si Ma Qian dan lain-lain, maka setiap huruf yang memancarkan cahaya, akan memancar keluar dari ratusan titik akupunturnya, beraneka warna dan indah cemerlang."

"Yang paling tinggi bisa berebut kilau dengan bulan dan bintang. Yang agak kurang, cahayanya bisa mencapai beberapa puluhan meter, lebih rendah lagi, cahayanya hanya bisa mencapai beberapa meter. Menurut urutan, yang paling rendah, sinar cahayanya kecil bagaikan sinar dari kunang-kunang atau lampu kecil, hanya menerangi ruangan. Pemandangan seperti ini, tidak bisa terlihat oleh orang biasa, tetapi hantu dan dewa bisa melihatnya.

Guru swasta ini bertanya lagi kepada temannya, "Saya membaca buku sudah selama hampir lima puluh tahun, ketika saya tidur nyenyak pancaran sinar saya seberapa tinggi?" Petugas alam baka tersebut agak ragu untuk sejenak, lalu dia menjawab, "Saya kemarin lewat di depan rumah Anda. Anda sedang tidur siang. Anda membaca buku memang sangat banyak tetapi yang bermutu sangat sedikit."

"Kebanyakan buku-buku yang Anda baca adalah jenis-jenis buku yang sesuai zaman, yang hanya untuk mencari keuntungan pribadi serta buku-buku hobi yang melemahkan tekad untuk maju. Setiap huruf-hurufnya berubah menjadi asap hitam, menyelubungi rumah, seperti di dalam kabut awan yang tebal, sama sekali tidak terlihat sinar cahayanya."

Setelah mendengar kata-kata ini, guru swasta itu bukannya memeriksa diri dengan penuh kerendahan hati, sebaliknya dia dengan murka mencela temannya itu. Petugas alam baka itu tidak hendak bertengkar dengan dia, ia hanya tertawa dan menghilang.

Otak manusia sama seperti sebuah penampungan, bila ke dalamnya diisi dengan benda apa, maka ia akan menjadi benda itu. Karena itu harus selektif dalam membaca buku maupun menonton film. Usahakan banyak membaca buku-buku yang baik, dan jangan membaca buku-buku yang tidak baik serta yang tidak bermanfaat.

Juga jangan menonton film-film yang penuh kekerasan dan tidak mendidik. Untuk menjaga kemurnian jiwa dan pikiran, maka banyak membaca buku yang baik, dipercaya dapat melenyapkan karma, dan menambah substansi putih pada diri kita. Orang tersebut juga akan berubah menjadi orang yang berbudi luhur. Jika dipandang dari dimensi lain, maka orang tersebut akan memancarkan cahaya yang luar biasa.

Jika terlalu banyak membaca buku yang tidak baik, maka benda-benda tidak baik juga akan banyak terisi ke dalam otak, dan orang tersebut juga akan berubah menjadi orang jahat.

Orang yang mempunyai kemampuan (mata ketiganya terbuka), maka ia dapat melihat pancaran yang dikeluarkan oleh orang tersebut adalah hawa hitam pekat yang jahat. Tentu tidak ada ruginya bila kita waspada. (The Epoch Times/lin)

Senin, 02 Juli 2012

Phytagoras lahir pada tahun 570 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia. Pythagoras (582 SM – 496 SM, bahasa Yunani: Πυθαγόρας) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.


Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan perjalanan, diantaranya ke Mesir. Perjalanan Phytagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk usahanya untuk berguru, menimba ilmu, pada imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar biasa, para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima Phytagoras sebagai murid. Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh para imam di Thebe. Disini ia belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Phytagoras juga berguru pada imam-imam Caldei untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk belajar Logistik dan Geometri, pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik, dan dalam perjumpaannya dengan Zarathustra, ia belajar teori perlawanan.


Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Phytagoras kembali ke Samos dan meneruskan pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran di Samos. Kira-kira pada tahun 530, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes, ia berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Phytagoras mendirikan sebuah tarekat beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean.”


Kaum Phytagorean


Kaum phytagorean sangat berjasa dalam meneruskan pemikiran-pemikiran Phytagoras. Semboyan mereka yang terkenal adalah “authos epha, ipse dixit” (dia sendiri yang telah mengatakan demikian).2 Kaum ini diorganisir menurut aturan-aturan hidup bersama, dan setiap orang wajib menaatinya. Mereka menganggap
filsafat dan ilmu pengetahuan sebagai jalan hidup, sarana supaya setiap orang menjadi tahir, sehingga luput dari perpindahan jiwa terus-menerus.
Diantara pengikut-pengikut Phytagoras di kemudian hari berkembang dua aliran. Yang pertama disebut akusmatikoi (akusma = apa yang telah didengar; peraturan): mereka mengindahkan penyucian dengan menaati semua peraturan secara seksama. Yang kedua disebut mathematikoi (mathesis = ilmu pengetahuan): mereka mengutamakan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti.


Pemikiran Phytagoras


Phytagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air yang banyak dipercaya sebagai unsur semua benda. Angka bukan anasir alam. Pada dasarnya kaum Phytagorean menganggap bahwa pandangan Anaximandros tentang to Apeiron dekat juga dengan pandangan Phytagoras. To Apeiron melepaskan unsur-unsur berlawanan agar terjadi keseimbangan atau keadilan (dikhe). Pandangan Phytagoras mengungkapkan bahwa harmoni terjadi berkat angka. Bila segala hal adalah angka, maka hal ini tidak saja berarti bahwa segalanya bisa dihitung, dinilai dan diukur dengan angka dalam hubungan yang proporsional dan teratur, melainkan berkat angka-angka itu segala sesuatu menjadi harmonis, seimbang. Dengan kata lain tata tertib terjadi melalui angka-angka.


Salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia lah yang pertama membuktikan pengamatan ini secara matematis.[1]


Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Ketika muridnya Hippasus menemukan bahwa \sqrt{2}, hipotenusa dari segitiga siku-siku sama kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan irasional, Pythagoras memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat membantah bukti yang diajukan Hippasus.